Selasa, 24 Maret 2015

Netanyahu Minta Maaf, Siapa Mau Percaya?






Benjamin Netanyahu menyesali pernyataannya dalam kampanye hari terakhir pemilu, yang menghina penduduk Arab-Israel.





"Saya tidak berniat menyinggung perasaan warga Arab-Isarel, saya meyesal," tulis Netanyahu di laman Facebook.





Netanyahu memainkan panic strategy ketika jajak pendapat memperlihatkan popularitas Partai Likud merosot. Ia memprovokasi pendukung sayap kanan dengan memunculkan ketakutan akan banyaknya orang Arab mendatangi kotak suara, untuk menaikan kursi partai-partai Arab.





"Pemerintahan sayap kanan dalam bahaya," ujar Netanyahu pada jam-jam terakhir kampanye. "Orang-orang Arab berbondong-bondong ke kotak suara. Mereka datang dengan bus."





Bibi, panggilan akrab Netanyahu, juga mengatakan orang Arab digerakan uang Amerika Serikat dan imbauan Mahmoud Abbas -- pemimpin otoritas Palestina di Tepi Barat.





Panic Strategy Netanyahu berhasil. Partai Likud meraih kursi terbanyak, dengan 30, dan berhak membentuk pemerintahan koalisi dengan partai sayap kanan lainnya.





Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan sangat prihatin dengan retorika anti-Arab yang dimainkan Netanyahu.





Belum ada komentar dari lawan politik Netanyahu di Israel dan Presiden Barrack Obama. Yang pasti, Tzipi Livni -- salah satu lawan Netanyahu -- sebelumnya mengatakan tidak ada lagi negara di muka bumi ini yang percaya pada Benjamin Netanyahu.





Livni menyebut Netanyahu memainkan politik zigzag. Saat kanpanye, Netanyahu berteriak; "Tidak akan ada negara Palestina selama saya menjabat PM Israel."





Presiden Barrack Obama juga mengatakan tidak percaya Netanyahu menginginkan terbentuknya negara Palestina.





Sementara, PM Inggris David Cameron mengatakan Inggris menginginkan pembentukan negara Palestina, dan akan bekerja sama untuk mewujudkan solusi dua negara.





"Jika tidak menerima solusi dua negara, Anda menerima solusi bencana," ujar Cameron kepada Netanyahu. "Bencana bagi Israel."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar