Senin, 27 April 2015

Kisah Horor Para Pendaki Everest Ketika Longsor Saat Gempa Mengguncang Nepal






Ketika Khile Sherpa membuka mata, salju di sekitarnya berwarna merah, bercampur dengan darah yang mengucur dari tubuhnya. Badannya penuh luka akibat tertimbun longsor di base camp pendaki di Gunung Everest saat makan siang pada Sabtu (24/4).





"Ada suara bergemuruh, seperti suara iblis yang turun dari gunung," ujar Khile kepada Reuters dengan balutan perban di kepalanya.





Khile adalah salah satu dari 15 pendaki yang berhasil menyelamatkan diri ke Kathmandu sehari setelah bencana gempa 7,9 skala Richter mengguncang Nepal dan memicu longsor di Pegunungan Everest.





Layaknya ratusan korban gempa lain, Khile kini hanya dapat pasrah menunggu pengobatan di pelataran rumah sakit Medical College di Kathmandu.





Sementara Khile berhasil turun ke Kathmandu, para pendaki lain masih berupaya untuk saling membantu menyelamatkan nyawa orang lain. Ellen Gallant, seorang pendaki asal Amerika Serikat yang juga merupakan ahli kardiologi, adalah salah satunya.





"Saya sedang berada di luar dan melihat hantaman awan besar datang. Saya lari ke tenda dan menghempaskan diri sendiri ke lantai. Saat getaran berhenti, saya keluar dan menghubungi tenda medis melalui radio. Mereka meminta saya dan seorang pendaki India (seorang dokter dari tentara India) untuk melakukan perawatan luka kepala," tutur Gallant seperti dikutip The Telegraph.





Gallant bersama dokter India tersebut berjuang mati-matian untuk melakukan pengobatan. "Sekitar pukul 06.00, kami mendengar suara helikopter dan kami sadar bahwa kami dapat menggotong mereka keluar. Kami berhasil menyelamatkan nyawa delapan orang," papar Gallant.








Menurut Gallant, sebenarnya ada sembilan pasien yang mereka tangani malam itu. Salah satu pasien tak dapat mereka selamatkan.





"Saat Anda mengikuti sekolah medis, Anda belajar untuk fokus pada tugas yang sedang kami kerjakan. Saat pelajaran tersebut sudah tertanam, hal itu memukul balik saya. Anak muda tersebut tewas di depan mata saya. Seorang pemuda berusia 25 tahun yang tidak seharusnya meninggal," ucapnya.





Meskipun bencana tersebut meninggalkan trauma mendalam di batin Gallant dan beberapa orang lain, masih ada pendaki yang ingin melanjutkan petualangan.





"Kami akan melanjutkan jika cuaca memungkinkan. Pendakian gunung sebagai olahraga, Anda sudah tahu bahwa Anda mungkin tidak akan kembali. Ada garis yang sangat tipis di sini," ujar Vajpai, seorang pendaki di salah satu puncak Everest, Makalu, yang berhasil selamat dari timbunan longsor.





Dengan tekad kuat seperti Vajpai, seorang pendaki asal Tiongkok, Mali Yamu, yang kini terkulai lemas akibat cedera tulang rusuk di depan Medical College, mengaku bahwa menyerah bukanlah pilihan.





"Saya baik-baik saja," katanya.





Masih dengan alat daki di tubuhnya, Yamu diangkat ke kursi roda untuk dipindahkan ke dalam tenda, berkumpul dengan keluarganya yang lain.





Sebelumnya, sebuah tim pendaki gunung dari militer India menemukan 18 jenazah pada Sabtu (25/4), satu jam pertama setelah gempa, sementara ratusan lain masih terperangkap karena buruknya cuaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar