Sabtu, 22 Agustus 2015

Bendera Merah Putih Jadi Mahar Nikah Mbah Mujimin dan Saikem

Suasana ijab qabul peserta acara nikah bareng

BANTUL - Raut muka sembilan pasang pengantin terlihat bahagia selama prosesi nikah bareng di Sendang Ngembel, Pajangan, Bantul, Sabtu (22/8/2015).
Dengan berlatar jernihnya mata air atau biasa disebut sendang dan rimbunnya pepohonan yang berada di sekelilingnya, sembilan pasang pengantin berbahagia ini mengikat janji suci Ijab qobul di hadapan penghulu dan saksi serta masyarakat yang datang.
Prosesi nikah bareng ini dalam rangka menyambut peringatan HUT RI ke 70 dan sekaligus HUT Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Bantul ke 64 tahun 2015 dalam acara nikah bareng dan pesta rakyat bertajuk "Nikah Ning Sendang".
Lantaran keterbatasan tempat, hanya lima pasang pengantin yang mengucapkan ijab qobul di altar yang berada di tengah sendang, sedangkan empat pasang lainnya ditempatkan di gazebo yang berada di sekeliling sendang.
Panitia pelaksana yakni Forum Ta'aruf Indonesia (Fortais) Sewon, Bantul, memilih Sendang Ngembel sebagai ikon acara ini dengan mengibaratkan sendang atau sumber mata air yang tidak pernah kering dan diharapkan pernikahan ini menjadi mata air kehidupan yang tidak akan habisnya.
Adapun rangkaian acara pernikahan masal ini dimulai dengan kirab pengantin dari Mushola Beji Wetan ke Sendang Ngembel.
Setelah menempati posisi yang ditentukan, seluruh pengantin serta panitia dan masyarakat yang datang bersama-sama menyanyikan lagu kebanggsaan Indonesia Raya.
Salah satu peserta nikah bareng, Mujimin (62) warga Glondong, mengutarakan ini adalah pernikahannya kedua selama hidupnya setelah lama menduda.
Mujimin yang seorang petani dan sudah memiliki empat orang anak kini menikahi seorang perempuan yang sama berumur 62 tahun tetapi belum menikah sama sekali, yakni Saikem.
"Senang bisa menikah ramai seperti ini. Kami juga tidak malu kalau harus dinikahkan masal," tutur Mujimin sembari terkekeh.
Raut muga bahagia terlihat di usia senja mereka, Bahkan Saikem tampak semangat menceritakan pengalamannya bertemu dengan Mujimin.
Saikem sendiri menyebut dirinya gadis tua yang kesehariannya berjualan aneka gorengan di pasar dekat tempat tinggalnya di daerah Madukismo. Hubungan mereka terjalin sejak tiga tahun lalu.
Saat itu Mujimin sering membeli gorengan yang dijual Saikem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar