Senin, 16 Maret 2015

Uang Tebusan Rahasia CIA Mengalir ke Rekening Al-Qaeda






Sekitar US$ 1 juta (Rp 13,2 miliar dengan kurs saat ini) dana rahasia yang diberikan oleh badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), kepada pemerintah Afganistan berakhir di tangan Al-Qaeda. 





Organisasi ini menjadi musuh besar Amerika karena dianggap bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 yang menewaskan sekitar 3.000 orang.





Menurut laporan New York Times edisi Sabtu, 14 Maret 2015, uang itu digunakan oleh pemerintah Afganistan pada masa kepresidenan Hamid Karzai tahun 2010 untuk membayar tebusan bagi diplomat Afganistan, Abdul Khaliq Farahi, yang disandera Al-Qaeda.





Menurut Times, pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden awalnya khawatir soal pembayaran ini karena bisa saja CIA tahu mengenai itu dan mencemarinya dengan racun, radiasi, atau alat pelacak. Bin Laden malah sempat menyarankan agar uang itu dikonversi ke mata uang lain.





Soal pembayaran uang tebusan tersebut ditemukan dalam surat yang diperoleh saat Pasukan khusus Angkatan Laut AS, SEAL, menyerbu dan menewaskan Osama bin Laden di sebuah perumahan di Abbottabad, Pakistan, Mei 2011. 





Surat itu diajukan sebagai bukti dalam persidangan Abid Naseer, yang dihukum bulan ini di New York karena mendukung terorisme dan merencanakan pengeboman sebuah pusat perbelanjaan di Manchester, Inggris.





Abdul Khaliq Farahi adalah Konsul Jenderal Afganistan di Peshawar, Pakistan, ketika ia diculik pada tahun 2008 dan diserahkan kepada Al-Qaeda. Ia dibebaskan dua tahun kemudian setelah Afganistan membayar uang tebusan itu kepada Al-Qaeda. 





Uang tebusan yang dikeluarkan untuk itu adalah seperlima dari uang bulanan CIA kepada pemerintah Afganistan.





Times menuliskan bahwa seorang pejabat Al-Qaeda menyatakan bahwa Bin Laden mengatakan uang tebusan tersebut akan digunakan untuk membeli senjata, kebutuhan operasional, dan sebagai pembayaran kepada keluarga pejuang Al-Qaeda yang berada di Afganistan.





Dana rahasia CIA itu dikirim ke istana Presiden Afganistan untuk membeli pengaruh para panglima perang, legislator dan lain-lain, serta biaya untuk perjalanan diplomatik rahasia dan perumahan bagi para pejabat senior. 





Namun para pejabat Afganistan mengatakan pembayaran itu mulai melambat sejak Ashraf Ghani menjadi presiden September tahun lalu.





Laporan soal dana rahasia ini, selain berasal dari korespondensi para pejabat Al-Qaeda, juga didasarkan pada keterangan para pejabat Afganistan dan negara Barat. "Dana yang diberikan itu tunai," kata mantan pejabat keamanan Afganistan. 





Dia menambahkan, begitu uang itu tiba di istana kepresidenan, CIA tidak bisa melakukan apa pun soal bagaimana uang itu akan digunakan atau dibelanjakan. CIA menolak mengomentari berita ini.



NEWYORK TIMES | NATION.COM.PK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar