“Yerusalem adalah milik kami, seperti juga milik kalian…” (Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi)
Yerusalem adalah sebuah kota di Timur Tengah yang merupakan kota suci bagi agama Yahudi, Kristen dan Islam. Kota ini diklaim sebagai ibukota Israel, meskipun tidak diakui secara internasional, maupun bagian dari Palestina dan kini berada dalam status Quo.
Bagi pemeluk Islam, Yerusalem merupakan tempat suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Ketika Islam menguasai kota ini banyak pedagang-pedagang Arab yang membuka rute perdagangan di sini, termasuk para pedagang dari Makkah dan Madinah.
Kota ini juga adalah kiblat pertama umat Islam dalam menyembah Allah SWT sebelum akhirnya dialihkan ke ke Bait Allah di Mekkah.
Sejatinya, Yerusalem adalah kota yang sangat tua. Usianya diperkirakan diperkirakan melampaui 50.000 tahun. Sejak 'ditemukan' oleh Canaaties pada 2000 SM, tanah ini menjadi rebutan berbagai bangsa. Mulai Bangsa Babilonia hingga Bangsa Romawi, mulai Bangsa Arab hingga Bangsa Israel.
Setelah ratusan tahun dikuasai oleh bangsa-bangsa Muslim, tahun 1967, Yerusalem jatuh ke tangan Israel. Sejak itulah, tempat para nabi dilahirkan tersebut, seolah berkawan akrab dengan darah dan pertikaian.
Tak jarang bom bunuh diri pejuang Palestina dan bombardemen tentara Israel meluluhlantakan sebagian situs sejarah yang ada di sana. Belum lagi puluhan ribu orang yang menjadi korban.
Soal korban manusia ini, bagi Yerusalem itu seolah menjadi kutukan sejarah. Pada awal pendiriannya, kota itu sudah mengorbankan ribuan nyawa Yahudi yang dibantai oleh bala tentara Raja Nebucadnezar dari Babilonia.
Bahkan, pada masa Perang Salib 1096, seorang Ksatria Salib bernama Raymond dari Aguiles melukiskan genangan darah, dari sekitar 75.000 orang Arab Muslim dan Yahudi, yang membanjiri sudut-sudut kota.
“Di dalam kuil dan pelataran Sulaiman saja, genangan darah mencapai lutut dan tali kekang kuda-kuda yang kami kendarai,” ujar Raymond dalam Fall of Jerusalem karya penulis Dr. E.L. Skip Knox.
Karena tiap zaman selalu mengalami pergantian kekuasaan, tak aneh jika Yerusalem memiliki ciri khas sisi keanekaragaman budaya dan agama. Itu membuat Karen Armstrong menyebut kota itu sebagai "kota 3 agama": Islam, Kristen dan Yahudi.
“Saya menemukan kenyataan bahwa mustahil untuk mengabaikan ketiga keluarga Abrahamic itu di Yerusalem. Terlebih mereka adalah penyembah Tuhan yang sama,” tulisnya dalam sebuah buku yang diterbitkan Mizan Pustaka dengan judul "Menerobos Kegelapan; Sebuah Autobiografi Spiritual".
Kalimat yang agak mirip juga pernah dilontarkan oleh Sultan Saladin (di dunia Islam lebih dikenal dengan nama Shalahuddin Al-Ayyubi) ratusan tahun lalu. Kala melakukan perundingan dengan Richard Si Hati Singa, Saladin menolak klaim raja Inggris legendaris itu, bahwa Yerusalem semata-mata milik orang Kristen.
“Yerusalem adalah milik kami, seperti juga milik kalian…,” ucap Al-Ayyubi.
Tercatat setelah Salahuddin Al-Ayyubi menguasai kota ini kembali dari tangan Guy dari Lusignan pada masa perang salib ke-3, orang Islam, Kristen, dan Yahudi dapat beribadat tanpa ada gangguan, setelah sebelumnya akses ke tempat suci dimonopoli oleh tentara salib.
Memang, dalam kenyataannya, kini Yerusalem menjadi kota 3 agama. Dalam satu waktu, di sana Anda akan mendengar lantunan adzan dari masjid, bersanding dengan bunyi lonceng gereja, dan alunan kidung-kidung Ibrani dari sinagog.
Di sana pula terdapat Masjidil Aqsa, Masjid Umar, Via Doloresa dan Tembok Ratapan. Dari tempat-tempat itu, nama Tuhan yang Satu dikumandangkan dalam berbagai dialek bahasa. Sayangnya, hingga kini bayangan surga hanya sedikit nampak di Yerusalem. Selebihnya, yang ada hanyalah neraka pertikaian nan panjang. Dan berkarat.
[Hendi Johari/Mizancom]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar