Militan ISIS bentrok dengan pasukan keamanan di kompleks kilang Baiji yang merupakan kilang terbesar di Irak, pada Kamis (16/4) dalam upaya ISIS memperluas wilayah kekuasaannya di wilayah barat negara tersebut.
Pertempuran ini terjadi hanya beberapa hari setelah ISIS dilaporkan mulai kehilangan sekitar 25 hingga 30 persen wilayah kekuasaannya setelah dibombardir dari udara oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat dan tentara Irak. Bulan lalu, ISIS juga berhasil dipukul mundur dari Tikrit.
Kilang Baiji, yang terletak di provinsi Salahuddin diserang beberapa hari lalu oleh sejumlah anggota militan, yang merangsek masuk melalui lingkar luar kilang dan berhasil menguasai beberapa instalasi, termasuk titik distribusi dan tangki penyimpanan.
ISIS berhasil menguasai beberapa bagian dari Baiji. Meskipun demikian, infrastruktur terbesar di Baiji belum dikuasai ISIS.
Sebuah sumber dari komando operasi militer untuk provinsi Salahuddin mengungkapkan batalion militer Irak tiba di daerah tersebut untuk membantu mempertahankan kilang pada Kamis (16/4).
Petinggi militer AS, Jenderal Martin Dempsey, menyatakan bahwa kilang tersebut kini "tidak berada dalam bahaya". Namun, Dempsey mengungkapkan kekhawatirannya bahwa ISIS sudah menguasai lingkar luar kilang, dan kini mulai meningkatkan serangan ke dalam.
Dempsey menyatakan Baiji merupakan wilayah yang lebih strategis daripada Anbar, mengingat infrastruktur minyak Baiji saat ini sangat kritis, dan tidak menutup kemungkinan Ramadi mungkin akan segera jatuh ke tangan ISIS.
"Saya tidak ingin Ramadi dikuasai ISIS. Namun jika itu terjadi, kita tak akan berhenti dan akan berusaha merebutnya kembali," kata Dempsey, yang merupakan Kepala Staf Militer Gabungan AS, pada konferensi pers di Pentagon.
Sementara, simpatisan ISIS menyebarkan foto-foto kilang Baiji di media sosial pada Kamis (16/4) untuk menunjukkan kehadiran mereka di kilang tersebut dan menuliskan "tentara Negara Islam maju untuk membersihkan yang tersisa dari Baiji".
Hingga berita ini ditulis, Reuters tidak dapat memverfikasi keaslian foto tersebut.
Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi menyatakan bahwa serangan ISIS di kelompok ekstrimis ISIS "sangat, sangat berbahaya". Serangan tersebut, menurut Abadi merupakan balasan atas kekalahan ISIS di Tikrit.
"Saya pikir waktu penyerangan ini (bertepatan dengan) kunjungan saya ke AS. Mereka ingin menunjukkan bahwa meskipun Irak menerima banyak dukungan, ISIS tetap eksis untuk menyerang," kata Abadi dalam pidatonya di lembaga think tank Pusat Studi Internasional dan Strategis di Washington.
Selama kunjungannya, Abadi menguraikan rencana untuk memprioritaskan pertempuran di Baiji maupun di Provinsi Anbar. Beberapa hari belakangan, ISIS berhasil menguasai tiga desa di ibu kota Anbar, Ramadi.
Pekan lalu, pemerintah Irak mengumumkan serangan baru untuk merebut kembali Anbar, dan berusaha mempertahankan Tikrit.
Dalam pidatonya di televisi, Gubernur Anbar, Sohaib al-Rawi mengatakan bahwa "semua pemuda Irak" dipersilakan untuk berpartisipasi dalam pembebasan seluruh wilayah Irak yang dikuasai ISIS. Langkah ini menunjukkan pemerintah tidak keberatan atas keterlibatan paramiliter Syiah.
Milisi Syiah telah memainkan peran utama dalam membantu menahan gempuran militan pada musim panas lalu. Meskipun demikian, beberapa suku di Anbar yang menganut Islam Sunni, menyatakan keberatan mereka akan kehadiran paramiliter Syiah di daerah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar