
Dari sekitar 230 anak pengungsi Rohingya, banyak yang berstatus yatim piatu oleh sebab itu Kemensos telah berkoordinasi dengan Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri untuk menawarkan opsi pengasuhan anak-anak itu di sejumlah pesantren di Aceh.
Khofifah Indar Parawansa menerangkan, beberapa pesantren Aceh sudah menyatakan bersedia menampung anak yatim piatu pengungsi Rohingya. Sebelumnya mereka akan diidentifikasi. Anak-anak itu juga akan ditempatkan di pesantren lain di luar Aceh.
"Setelah identifikasi, verifikasi dan validasi data, mereka bisa ke pesantren. Karena beberapa pesantren sudah menyampaikan langsung pada saya. (di luar Aceh) Ada Cicurug Sukabumi, Malang, Pasuruan, Bojonegoro. Mereka siap menampung anak-anak yatim yang siap jadi santri, mereka semua yang dari Rohingya beragama Islam," kata Menteri Sosial Khofifah.
Saat ini, para pengungsi Rohingya ditampung di beberapa tempat di Aceh. Banyak yang mengatakan, mereka ingin tinggal di Aceh.
Di tempat penampungan sementara, anak-anak pengungsi diajarkan Bahasa Indonesia dan pelajaran lainnya oleh para relawan. Malaysia dan Indonesia pekan lalu sepakat menampung 7000 para pangungsi Rohingya dan Bangladesh untuk sementara.
Sebelumnya Thailand, Malaysia dan Indonesia sempat menolak para pengungsi yang terkatung-katung di tengah laut mendarat di teritorialnya. Sikap itu mengundang protes dari PBB dan berbagai lembaga bantuan pengungsi.
Masih belum jelas bagaimana nasib para pengungsi asal Bangladesh selanjutnya. Malaysia dan Indonesia berulangkali menegaskan, mereka adalah pengungsi ekonomi, dan bukan pelarian karena tekanan politik di negaranya.
Kebanyakan pengungsi Rohingya berasal dari Myanmar. Mereka mengalami intimidasi dan represi di negaranya dan tidak mendapat pengakuan sebagai warganegara. Myanmar menganggap Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh. Sejauh ini, Myanmar belum bereaksi atas desakan negara-negara ASEAN agar menghentikan intimidasi terhadap warga Rohingya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar