Senin, 30 Maret 2015

Anelka: "Islam Memang Untuk Saya"





Masih ingat Nicolas Anelka, striker Prancis berkulit hitam yang paling sering pindah klub dalam kariernya?



Kini, Anelka bekerja sebagai konsultan klub NA Hussein Dey (NAHD) di Aljir, ibu kota Aljazair. Di sela kesibukannya menyusun metode latihan, Anelka berbicara tentang masa kecilnya di pinggiran Paris, perkenalannya dengan Islam, dan keputusannya memeluk agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW.



"Saya dibesarkan di tengah lingkungan teman-teman Aljazair di pinggiran Paris," Anelka memulai ceritanya kepada situs Alarabiya.



"Saya dan rekan-rekan Aljazair memiliki banyak kesamaan," lanjutnya. "Bahkan beberapa dari mereka mengatakan saya memiliki karakter Aljazair. Saya sangat tersentuh, karena mereka orang-orang yang membanggakan latar belakang keislamannya. Saya juga bangga tapi tidak sombong."



Tumbuh di tengah masyarakat Aljazair, membuat Anelka layaknya orang Aljazair di Prancis. Ia mengikuti semua tradisi masyarakat imigran dari Afrika Utara itu, termasuk ikut-ikutan beribadah Islam.



"Usia 16 tahun saya memutuskan memeluk Islam," kenang Anelka.



"Kehidupan saya tidak berubah, karena saya telah hidup dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam," lanjutnya.



Seakan tidak ingin kalimatnya terpotong, Anelka melanjutkan; "Sejak kecil saya berpuasa saat Ramadhan, karena saya mengagumi orang-orang yang berpuasa di sekitar saya. Jika Anda tanya apa alasan saya memeluk Islam, jawaban saya hanya satu; Islam memang untuk saya.



Islam membuat saya merasa punya hubungan langsung dengan Allah. Saya berdoa langsung kepada Allah."



Menurut Anelka, orang-orang Prancis membuat hambatan untuk mereka yang memeluk Islam, atau berlatar belakang Afrika Utara. Saat orang-orang Aljazair mencoba berasimilasi, orang-orang Prancis mendiskriminasi.



"Jika Anda mengirim CV dengan kode pos yang salam dan memiliki nama berbau Muslim, tidak akan ada pekerjaan layak untuk Anda," cerita Anelka.



Ia juga mengatakan tingkat diskriminasi Prancis benar-benar tidak bisa diterima. Ia juga merasa beruntung tidak mengganti nama dengan nama berbau Arab, karena baginya yang penting menjadi Muslim dan menjalankan ibadahnya, bukan bernama Arab.



INILAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar