Minggu, 15 Maret 2015

ISIS Serang Ibukota Tripoly, Libya





Bentrokan meletus di pusat kota Libya pada Sabtu (14/3) antara militan ISIS dan pasukan yang setia pada faksi yang berbasis di Tripoli, seorang pejabat militer dan penduduk mengatakan.



Pertempuran ini adalah konfrontasi besar yang pertama dilakukan oleh kelompok militan Libya setelah mereka berbaiat pada ISIS beberapa bulan lalu.



Kehadiran ISIS di tengah kecamuk Libya membuat makin banyak kelompok yang bertarung di negara itu sejak Muammar Gaddafi tewas, menambah parah perpecahan, dimana dua kelompok besar juga telah mengklaim diri mereka menjadi pemerintah yang sah.



ISIS, menurut analis yang terpecah-pecah menjadi faksi-faksi yang lebih kecil di negara produsen minyak itu.



Pendukung lokal militan dieksekusi sekelompok orang Kristen Mesir dan telah mengklaim serangan terhadap sebuah hotel mewah, misi asing dan kantor polisi di ibukota Tripoli.



Pada Sabtu, militan ISIS bentrok yang terjadi pecah antara pasukan pemerintah yang berbasis di Tripoli, disebut sebagai Libya Dawn, yang mengambil alih Tripoli pada Agustus tahun lalu.



Pemerintah yang diakui oleh dunia internasional dipimpin oleh Perdana Menteri Abdullah al-Thinni, terpaksa beroperasi dari wilayah timur Libya sejak saat itu.



Akibat pertempuran, dua orang pasukan dari pemerintahan Tripoli tewas. Di lain pihak, sedikitnya 17 militan ISIS tewas dan 13 kendaraan mereka disita.



Warga menegaskan bahwa pertempuran terjadi sekitar 60 km dari timur Sirte, kota utama di mana ISIS telah mengambil alih gedung-gedung pemerintah, universitas dan stasiun radio.



Libya Dawn telah mengirimkan pasukan dari basis utama mereka di Misrata, kota barat, ke Sirte tetapi mereka terutama tetap berada di wilayah pinggiran dan menghindari konfrontasi besar dengan pejuang ISIS di pusat kota, kata warga.



ISIS juga disebut telah berusaha untuk mengepung Sirte dan menyerang warga di pos-pos pemeriksaan. Mereka yang bergabung ISIS juga diberitakan merupakan para loyalis Gaddafi.



Negara-negara Barat dan tetangga Libya khawatir bahwa konflik kekerasan mungkin memecah produsen OPEC tersebut. (*CNN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar