Minggu, 24 Mei 2015
Wanita Rohingya dan Bayinya ini 2 Bulan Arungi Lautan
Ribuan pengungsi muslim Rohingya, termasuk wanita dan anak-anak, terombang-ambing di lautan tanpa makan, tanpa minum, dan tanpa perbekalan yang memadai. Mereka mencoba mencari pertolongan agar terhindar dari kekerasan di tanah kelahirannya.
Mimpi mereka untuk mendapat perlindungan dan kebebasan harus pupus. Militer Malaysia dan Thailand termasuk Indonesia menghadang perahu dan meminta mereka menjauh dari daratan negaranya.
Alhasil, mereka harus terkatung-katung di tengah lautan dan mulai kelaparan dan kehausan. Tidak sedikit dari mereka harus merenggang nyawa akibat tidak kuat menahan lapar dan dahaga.
Sedih, kecewa, putus asa menjadi hiasan mereka dalam melewati hari-hari. Selama seminggu lebih, mata mereka hanya melihat hamparan air Lautan Andaman.
Secercah harapan hidup kembali muncul ketika sejumlah nelayan Aceh menemukan mereka di tengah lautan. Para nelayan itu segera mendekat perahu para pengungsi dan melakukan aksi heroik,
Penyelamatan.
Mereka lalu mengaitkan tali ke kapal para pengungsi itu. Tali terikat kuat, mesin menyala, dan kapal itu melaju menuju "tanah harapan".
Rukiyah (20) pengungsi Rohingya, bersama dengan bayinya yang berusia empat bulan terdampar di perairan Aceh Timur setelah sekitar dua bulan terombang-ambing di laut.
"Selama dua, tiga bulan di kapal karena di Myanmar susah," kata Rukiyah, dengan bahasa Melayu terbata-bata saat ditemui di penampungan sementara pengungsi Rohingya di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Minggu.
Rukiyah menceritakan, setelah melahirkan bayinya Muhammad Mahin di Myanmar, sekitar usia kurang dari dua bulan dibawa dengan kapal keluar negara tersebut.
Dia terpaksa berlayar bersama seorang adik dan kakaknya dengan kapal nelayan , sedangkan suaminya sendiri sudah lebih setahun bekerja di Malaysia.
"Ada kapal kami ikut saja, tidak tahu dibawa kemana karena hidup di Myanmar susah," katanya.
Rukiyah juga mengaku tidak tahu akan kemana, ia hanya ingin berkumpul dengan keluarganya. Hampir setiap hari suaminya yang berada di Malaysia menelepon menanyakan kabar mereka.
"Kalau telpon sering nangis," katanya sambil memperagakan tangan orang menangis dengan mengusap-usap mata.
Rukiyah adalah salah satu dari 672 pengungsi yang ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa. Di lokasi tersebut terdiri dari 118 laki-laki, 76 perempuan dan 63 anak warga Rohingya dan 425 warga Bangladesh.
Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat Aceh terus mengulurkan tangan membantu mereka yang berada di empat titik pengungsi di Aceh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar