Jumat, 27 Maret 2015

Kematian 2 Serdadu TNI Diduga Reaksi Balik Mafia Aceh






Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) meminta penjelasan ke pihak kepolisian republik Indonesia (Polri) terkait pelaku penembakan dua anggota intelijen Komando Distrik 0103 Aceh Utara pada Senin (23/3) lalu. Alasannya, Kalla mendengar kabar penembakan tersebut tidak terkait terorisme.





"Pembunuhan di Aceh itu lebih pada kriminal. Saya telah cek ke Polri intinya yang satu tentang narkoba. Narkoba kriminal juga," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jum'at (27/3).





Kalla juga menjelaskan penembakan TNI Aceh ini juga melibatkan beberapa oknum-oknum perampok senjata dan menggunakan senjata dalam jenis lama.





Sementara, Anggota Komisi III DPR Fraksi PKS asal Aceh, Nasir Djamil, menyebut adanya dua kemungkinan yang diduga sebagai pemicu tewasnya dua anggota Kodim 0103/Aut, yang ditemukan pada Selasa (24/3) lalu.





Pertama, aksi keji yang menyebabkan kematian Sersan Satu Indra Irawan dan Sersan Dua Hendrianto, dikatakan Nasih, masih terjadi karena masih adanya penyebaran persenjataan ilegal di dataran Nanggroe.





Dia pun menduga tentang adanya keterlibatan eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka.





"Aceh sebagai pasca konflik, masih ada persenjataan ilegal. Pelakunya ada kemungkinan dulunya gerombolan bersenjata yang tergabung dengan GAM, ataupun kelompok lain yang juga menguasai persenjataan," ujar Nasir, saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (26/3), malam.





Selain itu, kata Nasir, kemungkinan kedua aksi pembunuhan terjadi sebagai bentuk reaksi balik mafia atau gembong yang bermain dalam pasar narkotika, yang beberapa tahun belakangan banyak ditemukan di Aceh.





"Belakangan ini polisi kan banyak menangkap narkotika-narkotika yang dikirimkan dari Aceh. Nah, ada kemungkinan ini jadi reaksi balik para mafia (senjata) dan gembong (narkotik) yang kemungkinan bekerja sama untuk melakukan perlawanan dengan aparat," kata dia.





Karenanya, Nasir menjelaskan, pada pertemuan antara Komisi I dan Komisi III DPR dengan BAIS (Badan Intelejen Strategis), BIN (Badan Intelejen Negara), Pangdam dan jajaran Polda Aceh, pada Senin (30/3) mendatang, akan dibahas tentang kondisi keamanan masyarakat Aceh.





Mengenai pencarian pelaku pembunuhan yang telah dilakukan sejak tiga hari lalu oleh pihak kepolisian, Nasir menyarankan, polisi atau TNI sebaiknya tidak beramai-ramai turun ke jalan untuk menggelar operasi.





Menurutnya, masyarakat Aceh akan merasa resah jika operasi dilakukan dengan terang-terangan.





"Kalau masyarakat didekati dengan cara lama yakni masuk ke kampung-kampung, itu sudah tidak efektif. Lebih baik polisi melakukan kerjanya dengan cara seperti detektif. Kalau pun menggelar razia, itu seharusnya sudah mengetahui dengan jelas siapa yang dijadikan target razia," kata Nasir.





CNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar