Jumat, 13 Maret 2015

Kisah Wartawan yang Pertama Kali Wawancarai Osama bin Laden






Foto-foto itu memperlihatkan rumah yang jadul, terbuat dari batu dan lumpur yang dibakar. Pemandangannya luas dan berbukit-bukit. Halaman di depannya berbatu, pemiliknya sering berjalan-jalan di sana dengan anak laki-lakinya.





Foto-foto eksklusif Osama bin Laden ini belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Foto-foto ini pertama kali terkuak saat pengadilan terhadap salah satu kaki tangan bin Laden, Khaled al-Fawwaz, Februari lalu.








Abdel Bari Atwan

Dilansir oleh CNN, foto eksklusif ini diambil saat seorang wartawan Palestina, Abdel Barri Atwan mengunjungi bin Laden di tempat persembunyiannya di pegunungan Afghanistan.





Atwan adalah wartawan pertama yang mewawancarai manusia paling dicari itu, jauh sebelum ia meluncurkan serangan 11 September 2001.





Pertengahan era 1990-an, tepatnya tahun 1996. Kala itu, Bin Laden mendeklarasikan perang terhadap Amerika Serikat. Ia ingin lebih banyak orang, terutama di Arab, mengetahui hal ini.



Fawwaz akhirnya menghubungi Abdel Barri Atwan, pendiri dan pemimpin redaksi Al-Quds Al-Arabi.





Atwan lah yang pertama kali membeberkan kisah mengenai fatwa pertama Laden. Fatwa tersebut berisi keluhan-keluhan Laden terhadap AS, terutama atas keberadaan tentara mereka di Arab Saudi. Keseluruhan fatwa tersebut dipublikasikan pada Agustus 1996.





Tak lama setelah itu, Fawwaz menghubunginya dan menawarinya wawancara dengan bin Laden.





“Saya diberi tahu bahwa Osama bin Laden menyukai tulisan saya, ia suka gaya saya, dan ia ingin menemui saya secara pribadi,” kata Atwan dalam sebuah buku karangan Peter Bargen—seorang analis keamanan nasional CNN—“The Osama bin Laden I Know”.





“Saya ragu, karena itu sangat berbahaya,” ujarnya.








Meski begitu, pada November 1996, Atwan terbang ke Afghanistan. Foto-foto dari kunjungannya ini, ditemukan dua tahun kemudian oleh detektif Scotland Yard di rumah Fawwaz di London, memperlihatkan bin Laden dalam kondisi yang sehat, santai, belum menginjak 40 tahun, kadang tersenyum dan dikelilingi oleh anak-anak.





Foto-foto itu juga memperlihatkan seorang pria yang memiliki pengaruh kuat dalam ideologi global gerakan mujahidin, Mustafa Setmariam Nasar, yang dikenal sebagai Abu Musab al-Suri, pria berkebangsaan Suriah yang kini berusia 50an, yang belum terlihat atau terdengar lagi selama satu dekade. 





Namun al-Suri diyakini masih merupakan sosok pemikir strategi yang paling berpengaruh dalam lingkaran kelompok militan saat ini.





Persembunyian di gunung





Bin Laden, dari Arab Saudi, pertama kali datang ke Afghanistan di 1980an untuk ambil bagian dalam perang melawan pendudukan Uni Soviet.





Saat gerakan jigad anti-Soviet runtuh, bin Laden mulai mendirikan al-Qaidah, yang berarti “basis”, di sekitar kota perbatasan Peshawar, Pakistan. Pada 1992, Pakistan memaksa ia dan pasukannya pergi meninggalkan negara itu.





Bin Laden lalu berangkat ke Khartoum, Sudan, disambut oleh rezim baru Islam di negara itu. Namun setelah empat tahun bermarkas di Sudan, pada 1996, Sudan mengusir bin Laden karena tekanan Amerika Serikat.








Ketika itu, Taliban, yang memiliki ideologi sama sepertinya, sedang berkuasa atas Afghanistan, dan bin Laden memutuskan untuk berangkat ke sana.





Papa Mei 1996, bin Laden menetap di Jalalabad, kota di sebelah timur Afghanistan. Ia memiliki ‘benteng’ di pegunungan Tora Bora, dengan jalan menuju ke sana hanya berupa jalan tanah.





Untuk mencapai kediaman bin Laden, Atwan bercerita ia berkendara melewati pegunungan selama tujuh jam dengan mobil pickup Toyota berwana merah. Atwan berpakaian tradisional Afghanistan untuk bisa melewati pos-pos pemeriksaan dengan lancar.





Atwan menemui bin Laden di dalam guanya yang terdiri dari rak-rak buku. Berukuran 3x6 meter, Atwan mengira-ngira. Bin Laden memang dikenal suka menggunakan rak buku sebagai latar belakang saat ia diwawancara.





Gua itu tak hanya menjadi tempat persembunyian bin Laden, namun juga menjadi tempat ia menyepi.





Setelah berbicara selama beberapa jam dan makan malam dengan keju dan roti yang berpasir, Atwan beristirahat di kasur yang dibawahnya terdapat kotak-kotak granat.





“Ia menginginkan ekspos media. Ia ingin mengatakan ’Karena saya sekarang menjadi figur internasional, saya bukan hanya seorang warga (Arab) Saudi. Saya tersinggung karena Amerika mengokupasi Arab Saudi dan menodai Tanah Suci’,” ujar Atwan.





Seperti terlihat dalam foto-foto, bin Laden selalu membawa senapan Kalashnikov buatan Rusia. Teman-teman bin Laden kerap memanggilnya dengan sebutan “Abu Abdullah”, berarti bapak dari Abdullah, putra tertuanya. Dua putranya yang lebih muda, Saad dan Ali, saat itu berada di usia remaja mereka, beberapa kali terlihat di lokasi peresembunyian itu.





“Ia menyukai alam di tempat itu. Ia menyukai pegunungan. Mereka mencoba membangun komunitas sendiri, menanam makanan sendiri. Tempat itu seperti oasis di Afghanistan,” ujar Atwan.










Saat malam tiba, sinar yang menerangi kediaman bin Laden tak berasal dari listrik, namun dari sinar bulan dan lentera berbahan bakar gas.





Tiga istri bin Laden dan 12 anaknya yang lain tidak tinggal di tempat itu.





Pada 2001, setelah AS memburunya karena peristiwa 9/11, bin Laden meninggalkan Tora Bora, lalu akhirnya ditemukan di Abottabad, sejam dari ibu kota Islamabad, Pakistan, saat pasukan Navy SEAL AS membunuhnya.





Bahkan dari pertemuan mereka di Tora Bora, Atwan mengatakan ia memiliki firasat bahwa bin Laden tak akan bertahan lama. “Saya pikir, laki-laki ini tak kan bertahan,” kata Atwan pada CNN, Selasa (10/3). “Ia tidak dijaga ketat. Ia terlihat dan bergerak dengan bebas.”





Pada 1996, Atwan mengatakan sama sekali tak terbayangkan olehnya apa yang direncanakan oleh bin Laden. “Ia terlihat optimis, namun tak pernah terlintas oleh saya bahwa pria ini akan menjadi pria paling berbahaya di dunia.”



CNN International

Tidak ada komentar:

Posting Komentar