Senin, 11 Mei 2015

ISIS Masuk Palestina dan Gaza






Pejabat keamanan Otoritas Palestina menduga kuat adanya mobilisasi besar-besaran yang dilakukan oleh Negara Islam (ISIS) di Gaza, Palestina. Mobilisasi ini, menurut kantor berita Arutz Sheva, merupakan kelangsungan oeprasi yang selama ini ISIS lakukan di Semenanjung Sinai.





Menurut pejabat otoritas Palestina, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ada delapan kelompok yang terdeteksi melakukan kegiatanya di Gaza. Kelompok-kelompok tersebut tidak besar. Mereka menurut keterangan pihak Palestina hanya beranggotakan beberapa ratus orang saja.





Kebanyakan dari para anggota kelompok itu, merupakan anggota Hamas yang meninggalkan organisasi mereka. Belum jelas apa yang menjadi penyebab menyeberangnya para anggota Hamas tersebut.





Pihak Hamas sendiri mengakui adanya puluhan aktivis Salafi yang telah berjanji setia tunggal untuk ISIS. Namun bagi Hamas, keberadaan mereka tak menimbulkan ancaman yang serius.





Jurnalis Arutz Sheva mencatat ada anggota senior gerakan Salafi di Gaza, bernama Adnan Mitt, ditangkap lantaran bergabung dengan ISIS bulan lalu. 





Mitt adalah mantan anggota Hamas. Pekan lalu, sumber menyatakan kepada Maariv bahwa ISIS mengancam untuk menyatakan perang terhadap Hamas dan berencana mengambil alih Gaza dari dalam.





Jumat lalu, sebuah kelompok simpatisan ISIS yang beroperasi di Yerusalem meluncurkan serangan mortir ke markas Hamas di Jalur Gaza. Dalam sebuah pernyataan yang disebarkan secara daring, kelompok ini mengaku mereka menembakkan mortir menuju markas yang digunakan oleh sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, di Khan Yunis, selatan Gaza.



Penyebabnya setelah Hamas menghancurkan sebuah masjid yang digunakan oleh anggota organisasi Salafi yang bernama Islamic State Supporters in Beit Al Maqdis (Pendukung Negara Islam di Baitul Maqdis) dan menangkap sekira 40 orang anggota kelompok tersebut.





Dilaporkan Al-Arabiya, sejumlah saksi mengatakan memang mereka mendengar ledakan dekat Khan Yunis. Namun belum ada konfirmasi apakah mortir itu tepat sasaran dan menyebabkan adanya korban.





Sementara di Suriah, militer Amerika Serikat memulai program pelatihan bagi para pejuang untuk menggempur kelompok militan ISIS.





Kongres AS sempat mengatakan bahwa program ini terlalu kecil dan lamban. Pentagon mengatakan bahwa perlu waktu setidaknya tiga tahun untuk melatih dan mempersenjatai 15 ribu pemberontak moderat Suriah.





Sejak perang pecah di Suriah pada 2011, setidaknya 220 ribu warga sipil tewas. Meskipun berbagai negara sudah menyerukan perdamaian, perang terus berkecamuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar