Sabtu, 23 Mei 2015

Pindah Rohingya ke Satu Pulau Masih Wacana





Memindahkan ribuan pengungsi etnis Rohingya yang saat ini berada di Aceh ke sebuah pulau khusus masih sebatas wacana. Kementerian Luar Negeri saat ini fokus menangani gelombang kedatangan ribuan pengungsi asal Myanmar yang telah mencapai Selat Malaka.



Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kemenlu Andi Rachmianto mengatakan, dibutuhkan kesepakatan di antara negara-negara yang berkepentingan dalam kasus pengungsian besar-besaran etnis Rohingya untuk mengimplementasikan wacana tersebut.



Lebih dari itu Andi berkata, pemindahan orang-orang Rohingya yang mencari suaka ke sebuah pulau khusus membutuhkan waktu yang cukup lama. Pemerintah harus terlebih dulu membangun berbagai sarana dan prasanara, seperti sekolah, perumahan, hingga tempat beribadah bagi mereka.



Berkaca pada pengalaman pemerintah menampung pengungsi asal Vietnam pada masa perang Vietnam, Andi pun menuturkan, pemerintah akan memiliki tanggungan yang cukup berat.



"Proses menyelesaikan pengungsi Vietnam butuh waktu 17 tahun, sampai akhirnya Pulau Galang ditutup Indonesia," kata Andi di Jakarta, Jumat (22/5).



Pada periode 1976 hingga 1996, pemerintah membuka penampungan bagi warga Vietnam di Pulau Galang. Bersama UNHCR, pemerintah membangun infrastruktur di pulau yang kini masuk dalam wilayah administratif Provinsi Kepulauan Riau itu.



Sebelumnya, pengamat menilai bahwa salah satu solusi untuk mengatasi arus imigran Rohingya yang melarikan diri dari kampung halaman mereka di Myanmar akibat diskriminasi, adalah dengan memindahkan mereka di satu pulau.



Pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa pulau itu memastikan agar pengungsi tidak berbaur dengan warga lokal.



Hal tersebut, menurut dia, untuk mencegah mereka kabur dari tempat tahanan. "Di Indonesia kan mudah mendapatkan KTP. Belum lagi mereka bisa menikah dengan WNI. Ujung-ujungnya secara ilegal mereka akan mendapat kewarganegaraan Indonesia," kata Hikmahanto kepada CNN Indonesia, Rabu lalu.



Jika sudah begitu, maka mereka akan memberitahu sanak saudara di kampung halaman bahwa Indonesia ternyata bukan tujuan yang buruk. "Datanglah 'tsunami' berikut," ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar