Senin, 18 Mei 2015

Astagfirullah, TNI Perintahkan Nelayan Aceh Tak Selamatkan Rohingya di Laut





Nelayan Aceh di Langsa, Aceh Timur, mengatakan mereka diminta militer Indonesia untuk tidak menyelamatkan imigran Muslim Rohingya dan Bangladesh, kendati kapal manusia perahu itu sekarat atau nyaris tenggelam.



Kepada BBC, salah satu nelayan mengatakan imbauan itu disampaikan tentara kepada seluruh nelayan Aceh.



"Tapi, mereka menusia. Kami harus menyelamatkan mereka," ujar seorang nelayan yang menolak disebut namanya.



Para sesepuh nelayan Aceh -yang dijuluki Panglima Laut- Yahya Hanafiah, sebelumnya mengimbau para nelayan untuk menyelamatkan para pengungsi yang butuh pertolongan di laut.



“Kami meminta nelayan di Aceh untuk menyelamatkan mereka demi kamanusiaan,” jelas Yahya.



Sementera itu, Juru bicara militer Fuad Basya mengatakan sikap TNI masih tetap menolak kedatangan 'pendatang illegal'. Nelayan bisa memberi makanan, dan air bersih ke kapal pengungsi, tapi tidak membawa pengungsi itu mendarat di wilayah Indonesia.



Panglima TNI Moeldoko mengatakan Pemerintah Indonesia tak akan membiarkan wilayah lautnya dimasuki kapal-kapal pengungsi Rohingya. Angkatan laut tetap melarang mereka masuk apalagi menepi di daratan Indonesia.



Menurut Moeldoko, langkah ini diambil lantaran keberadaan para pengungsi ilegal ini sebab dalih menimbulkan persoalan sosial. "Urus masyarakat Indonesia sendiri saja tidak mudah, jangan lagi dibebani persoalan ini," ucap Moeldoko.



Ribuan masih di Laut



Ratusan imigran kemarin masih terdampar di perairan dekat Thailand dan Malaysia. Mereka membutuhkan pertolongan secepat mungkin, setelah ditinggalkan para pelaku perdagangan manusia.



Kelompok yang melindungi hak asasi etnis Rohingya dan mengawasi perjalanan imigran di Teluk Bengal, mengatakan bahwa pihaknya berbicara lewat telepon dengan para imigran Rohingya yang masih berada di atas kapal.



Kapal tersebut diperkirakan mengangkut 350 orang, termasuk para wanita dan anak-anak yang ditinggalkan di tengah laut oleh mafia penyelundup manusia asal Thailand.



Mereka mengaku mesinkapalrusak, kemudian para penyelundup melarikan diri.



”Mereka (para pengungsi) bercerita pada kami bahwa tidak makan dan minum selama tiga hari. Mereka meminta segera diselamatkan,” ungkap Chris Lewa, pendiri Proyek Arakan, dilansir AFP.



Dia menambahkan, para pengungsi tidak mengetahui pasti keberadaan mereka, namun diyakini di perairan Thailand dekat perbatasan selatan Malaysia. ”Mereka bilang dapat melihat garis pantai.



"Kami menduga mereka dekat dengan pantai,” sambung Lewa.



Pihaknya juga menduga masih ada sekitar 8.000 imigran lain yang masih terapung di lautan. Para imigran yang dihubungi via telepon dengan menggu-nakan nomor Thailand, mengatakan bahwa di dalam kapal yang mereka tumpangi ada sedikitnya 50 wanita dan 84 anak. PBB meyakini ada ribuan imigran yang terdampar di lautan tanpa persediaan makanan dan minuman.



Sebanyak 677 Muslim Rohingya dan migran Bangladesh diselamatkan nelayan Aceh Timur. Saat diselamatkan Nelayan Aceh dari kapal pengungsi itu nyaris tenggelam.



Jumlah pengungsi, saat meninggalkan Myanmar, sebenarnya lebih banyak. Namun, sekitar seratus orang tewas saat pengungsi berebut makanan.



Usman Abdullah, wali kota Langsa, mengatakan pemerintah tidak menyalurkan bantuan anggaran untuk memberi makan pengungsi.



"Kami butuh bantuan dari pemerintah pusat, LSM, dan lembaga lain," ujar Usman Abdullah.



Nasrudin, koodinator bantuan kemanusiaan Geutanyo Foundation, mengatakan memperkirakan persediaan makanan dan obat-obatan saat ini hanya cukup untuk satu bulan.



"Kami bertanya-tanya ke mana negara-negara ASEAN, mengapa mereka tidak menekan Myanmar untuk tidak membiarkan arus pengungsi," ujar Nasrudin kepada Sydney Morning Herald.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar